Kamis, 25 Agustus 2016

Inter Bisa Mengejutkan, tapi Takkan Terbang Terlalu Tinggi 

 

Serie A musim 2015/16 tampaknya bakal terus diingat oleh Interisti (sebutan untuk penggemar Inter) ke dalam salah satu momen paling menyakitkan mereka. Meski hal tersebut kalah pahit ketimbang pengalaman di musim 2001/02, namun tetap saja kegagalan musim lalu menimbulkan luka yang cukup dalam.

Inter sempat menjadi penantang kuat juara Serie A, Juventus. Mereka pun cukup sering menempati puncak klasemen. Namun lambat laun mereka mulai tergusur dari peringkat pertama, dan harus mengakhiri musim di peringkat ketiga.

Tak ingin kembali terjerembab masuk ke dalam lubang yang sama, Inter menerapkan banyak perubahan di musim 2016/17, utamanya setelah masuknya Suning Group selaku pendonor finansial baru. Nama-nama seperti Caner Erkin, Christian Ansaldi, Ever Banega, dan Antonio Candreva pun didatangkan demi menambal lubang tersebut.

Kedatangan beberapa sosok anyar di lapangan maupun pendonor baru tampaknya belum akan menyelesaikan masalah. Hal ini disebabkan oleh pergantian pelatih yang dilakukan oleh Suning dari Roberto Mancini ke Frank de Boer beberapa pekan jelang Serie A 2016/17 digulirkan.

Inter Butuh Konsistensi

Inter begitu perkasa di awal musim 2015/16. Kedatangan beberapa sosok di lini serang, seperti Steven Jovetic dan Adem Ljajic, langsung membuat Inter begitu tak terbendung di lima laga awal. Nerazzurri bahkan sempat mencatatkan lima kemenangan beruntun di lima pertandingan awal Serie A musim 2015/16.

Namun, ibarat mesin yang akan aus jika terlalu lama digunakan, Inter juga merasakan yang sama. Beberapa kali merekakerap tampil di bawah standar yang ditetapkan oleh Mancini. Melawan kesebelasan yang di atas kertas bisa dengan mudah ditaklukkan, Il Biscione justru hanya mampu memetik hasil imbang.

Pekan ke-19 hingga 25 musim lalu contohnya. Inter menunjukkan gejala-gejala bahwa mereka adalah tim yang belum benar-benar layak dijagokan menjadi juara. Setelah kalah melawan Sassuolo di Giuseppe Meazza pada pekan ke-19, Inter kembali melanjutkan tren hanya bermain imbang dengan Atalanta dan Carpi pada dua pekan berikutnya.

Hasil tersebut berlanjut dengan kekalahan telak 3-0 saat melawan Milan pada pekan ke-22. Meski pada pekan selanjutnya Inter mampu memetik angka penuh setelah menang 1-0 dari Chievo, namun dua laga setelahnya, Mauro Icardi dkk hanya mampu memetik satu angka setelah imbang 3-3 dengan Hellas Verona dan kalah 2-1 dari Fiorentina.

"Tim ini mendatangkan pemain begitu banyak, tapi mengapa hasil masih seperti ini? Kami sudah bekerja keras saat latihan. Saya hanya meminta anak-anak melakukan satu, bermain konsisten," ujar Mancini mengomentari buruknya penampilan anak asuhnya di awal putaran kedua, Januari hingga Februari 2016 lalu.

Konsistensi memang menjadi persoalan utama Inter musim lalu. Di musim ini, ketika tongkat kepelatihan telah ganti dipegang oleh De Boer, apakah konsistensi bukan lagi masalah besar bagi Inter?

Sosok Baru Bisa Berikan Perubahan Besar

Keberadaan Suning Group di jajaran direksi Inter harusnya bisa membuat Interisti sedikit bersyukur. Sebab, Suning bukanlah jenis penguasa yang hanya berharap pada kesuksesan instan. Suning, bisa dibilang, adalah salah satu investor yang bisa dibilang rela merogoh kocek demi menciptakan kesebelasan yang mampu bersaing dalam beberapa tahun.

Di bursa transfer musim 2016/17, Inter resmi mendatangkan beberapa pemain, seperti Caner Erkin, Ever Banega, Christian Ansaldi, dan Antonio Candreva. Dari empat nama tersebut, mungkin hanya Erkin, Banega, dan Candreva yang bakal lebih berperan. Sebab, Ansaldi sendiri didatangkan karena hanya diharapkan hanya menjadi pelapis.

 Musim 2016/17, keputusan Suning memberikan Inter pemain bisa dibilang penuh dengan pertimbangan. Pertimbangan pertama, tentu adalah harga. Banega dan Erkin meski datang tanpa biaya transfer, tapi keduanya menyandang status pemain inti di kesebelasan sebelumnya.

Pertimbangan kedua, pengalaman bermain di Italia. Suning tentu tak asal pilih pemain. Mereka tentu paham, jika pemain didatangkan dari region lain, tentu akan butuh waktu untuk adaptasi. Oleh karena itu, mereka mantap mendatangkan pemain yang sudah kenyang asam garam Serie A, seperti Candreva dan Ansaldi.

Banega menjadi sosok pertama yang diyakini bisa memberikan perubahan besar untuk Inter. Eks pemain Valencia ini dipilih mengingat Inter kekurangan pemain di posisi gelandang kreatif, yang musim lalu hanya diisi oleh Marcelo Brozovic.
 Selain Banega, nama Candreva juga diyakini bisa memberikan perubahan besar bagi Inter. Hal tersebut disebabkan oleh peran besar Candreva dalam beberapa musim terakhirnya untuk Lazio.

Tidak mengherankan, namanya difavoritkan bisa mengisi pos winger kanan, yang musim lalu diisi oleh Adem Ljajic dan Jonathan Biabiany. Laga melawan Celtic pada pramusim terakhir pun bisa menjadi bukti apa yang ia bisa berikan, usai ia menciptakan gol lewat proses yang begitu cantik.

Namun perlu diingat, Inter kembali ke kompetisi Eropa pada musim ini. Mereka tentunya harus memiliki kedalaman skuat yang baik untuk bisa menjaga kualitas kala berlaga di kompetisi berbeda. Dengan skuat seperti, Inter tentu perlu masih banyak nama lain yang bisa menjaga kedalaman skuat.

Taktik yang Tidak Akan Berubah Jauh

Situs Outside of the Boot mengatakan bahwa De Boer adalah salah satu pelatih yang lahir lewat didikan Johan Cruyff dan Louis van Gaal. Tak heran, De Boer di Belanda dikenal sebagai salah satu sosok pelatih yang mendewakan permainan menyerang dan penguasaan bola.

Di Ajax, De Boer kerap memainkan formasi 4-3-3 serta 4-3-2-1. Formasi tersebut dipilih De Boer karena Ajax memiliki deretan gelandang tengah dan winger yang meskipun masih berusia muda namun telah menunjukkan kualitas mumpuni.
 Untuk pilihan formasi dan taktik yang akan digunakan oleh De Boer untuk Inter sendiri belum bisa diprediksi. Pasalnya, saat ini, De Boer hanya berkesempatan sekali menangani tim di masa pra musim, yakni ketika Inter mengalahkan Glasgow Celtic 2-0.

Dalam laga tersebut De Boer menggunakan formasi 4-2-3-1 dengan menjadikan Mauro Icardi sebagai ujung tombak. Jika mengaitkan laga tersebut dengan Inter, berikut prediksi formasi yang bakal digunakan oleh pria yang sempat menjadi asisten pelatih timnas Belanda ini.
Tidak akan banyak perubahan besar yang tampaknya bakal digunakan oleh De Boer di Inter mengingat ia tidak berkesempatan melakukan laga uji tanding serta pengenalan taktik baru. Untuk pemain baru, tampaknya mungkin hanya Banega, yang bakal dipilih oleh saudara kandung pelatih Ajax, Ronald de Boer ini.

Bisa Menyodok, Tapi Pasti Kesulitan Mengejar Juventus

Keberadaan De Boer, serta sosok-sosok penentu permainan lain diyakini bakal mengubah Inter. Namun, ibarat kata seseorang, tidak ada yang bisa dibangun dalam satu hari, perjuangan Inter di musim ini pasti akan menimbulkan korban.

Bahkan, jika melihat pergerakan di bursa transfer, Inter layak difavoritkan menyodok persaingan papan atas mengingat lubang-lubang minor yang terlihat musim lalu mampu mereka tutupi di bursa transfer kali ini.

Inter bisa saja tampil lebih baik bersama De Boer. Hanya saja kita juga perlu melihat apa yang dilakukan kesebelasan lain. Juventus misalnya, yang meyakinkan dengan mendatangkan pemain bertabur bintang. Karenanya, kami memprediksi Inter masih bisa bersaing di papan atas zona Liga Champions

sumber : http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2016/08/21/154337/3280025/1482/inter-bisa-mengejutkan-tapi-takkan-terbang-terlalu-tinggi